Saturday, August 26, 2006

Hakikat Syiah di Libanon

Hakikat Syiah di Libanon

(Melihat Lebih Dalam Sejarah Gerakan Hizbullah Syiah Dan Sikapnya Terhadap Palestina)


Oleh: Abu Hanan Sabil Arrasyad


Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amalan-amalan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tidak akan ada yang memberi petunjuk kepadanya.


Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.



Saat ini hampir seluruh mata tertuju kepada sebuah negeri bernama Libanon yang negeri tersebut saat ini sedang porak poranda dihantam oleh rudal-rudal yahudi. Sebuah perang diawali penculikan yang dilakukan oleh Hizbullah (milisi penganut agama syiah rafidhoh) yang menimbulkan tanda tanya besar pada dunia Islam. Adakah ini benar sebuah perjuangan Islam dan pembelaan terhadap kaum muslimin palestina oleh milisi amal hizbullah, dan perjuangan jihad Islam untuk membebaskan palestina.


Kenyataannya adalah sebagian besar kita terlalu mudah menyimpulkan bahwa inilah perjuangan Islam sebelum melihat dan benar-benar mengetahui sejarah sebenarnya Milisi amal hizbullah yang menganut agama syiah itu berdiri dan sejarah tentang mereka di libanon.


Tulisan ini memang terasa berat saya turunkan ditengah-tengah euphoria kaum muslimin, yang seakan-akan mendapat pahlawan baru, ditengah-tengah kesedihan kaum muslimin melihat banyaknya korban dan kerusakan yang terjadi oleh yahudi laknatullah. Tulisan ini sama sekali bukan untuk menggembosi perlawanan kepada yahudi dan menggembosi perjuangan membela kemerdekaan palestina, tulisan ini didasari atas kecintaan terhadap kaum muslimin, peringatan kepada mereka agar mereka lebih jeli dalam menilai sesuatu, mengetahui mana musuh mana kawan, dan mana perjuangan Islam sesungguhnya yang menetapi Manhaj Al Qur’an dan Sunnah yang shahihah, seperti manhajnya Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, jalannya Al Faruq Radiyallahu anhu, pedangnya Salahuddin Al Ayyubi yang telah jelas membebaskan Al Quds dari cengkraman kaum kuffar.


Sejarah Hizbullah Syiah di Libanon tidak bisa kita lepaskan dari peristiwa sejarah terjadinya perang saudara di Libanon, yang melibatkan lebih dari satu kelompok diantaranya Rezim Syiah Syiria An Nashiriyah, Syiah Imamiyah dalam milisi-milisi amal dan pasukan Libanon.


Perang Saudara di libanon bermula dari peristiwa otobis di Ain Ar Ramanah pada tanggal 13/4/1975. orang-orang palestina yang mendiami tenda-tenda pengungsian mendapati mereka menjadi bagian dari perang ini. Kekuatan militer Syiria melakukan intervensi dengan mengerahkan pasukan yang berjumlah tiga puluh ribu orang tentara dan mereka terlibat dalam peperangan sengit. Dan militer syiah Syiria ini dibantu oleh gerakan amal syiah melawan Pasukan Libanon. Dimulai dari memboikot Tal Za’tar, pemboikotan yang memaksa para pengungsi palestina kelaparan karena adanya larangan bantuan roti dan obat-obatan disertai pengeboman yang terus menerus diarahkan para tenda-tenda pengungsian palestina kemudian hal yang sama dilakukan pula di perkemahan Ain Al Hulwah sehingga hancurlah seluruh perkemahan secara keseluruhan..


Orang-orang Syiah Syiria ini bersama milisi amal menyembelih anak-anak dan orang-orang tua serta merobek isi perut dan menodai kehormatan para wanita. Sedangkan berita yang mereka siarkan keluar adalah hal ini mereka lakukan untuk menghentikan perang saudara. (Wa ja’a Daur Al majus 2/42-44)


Kemudian kita beralih ke tahun 1982 dimana terjadi invasi ke libanon oleh Yahudi dengan jumlah sekita dua puluh ribu tentara. Yahudi menginvasi wilayah selatan lebanon dalam waktu yang sangat singkat karena disana mereka tidak mendapatkan perlawanan malah mereka mendapatkan kalungan bunga oleh orang-orang syiah libanon. Yang kemudian mereka lanjutkan perjalanannya ke beirut yang disana mereka mendapat penyambutan oleh penduduk Al Maruniyah dan memberikan mereka bantuan. Kekuatan militer yahudi inilah yang membombardir Beirut bagian barat wilayah yang didiami ahlussunnah. Kemudian semua jalur obat-obatan dan makanan baik dari darat, laut dan udara ditutup oleh yahudi dan dibombardir secara terus menerus, salah satunya adalah yang terjadi pada hari Ahad 1/8/1982 selama kurang lebih empat belas jam rudal-rudal yahudi membombardir beirut barat yang menghabiskan lebih 180.000 proyektil, yakni rata-rata lebih 214 proyektil per menit. Pemboman seperti ini berlansung lebih dari dua belas hari pada bulan yang sama. Kemudian setelah itu orang-orang syiah rafidhah dan syiah druz serta orang-orang sekuler menuntut organisasi pembebasan palestina (PLO) untuk keluar dari beirut bahkan seluruh lebanon dan terjadi (wa ja’a daur al majus 2/49).


Dan yang lebih parahnya lagi sikap Syiah rafidhoh di libanon mereka merestui kemenangan ini, karena israel telah mewujudkan impian mereka dengan mengusir orang-orang palestina dari wilayah selatan libanon. Siaran-siaran beita musuh zionis memuat penjelasan para pejabat mereka dalam mendukung israel.(Wa Ja’a Daur Al-majus 2/50)


Koran Al Anba’ Al Kuwaitiyah pada tanggal 30/4/1985 memberitakan dengan judul „ Orang-orang israel menyita persenjataan kelompok-kelompok sunni saja“ orang-orang israel hanya membatasi penyitaan senjata ini pertama-tama kepada orang-orang palestina, kemudian kepada orang-orang Sunni Libanon adapaun gerakan amal serta milisi druz tidak ada penyitaan apapun kepada mereka.


berawal dari kelompok perlawanan Syiah, AMAL (batalyon Perlawanan Lebanon) Al Islamiyah -- Hizbullah yang berdiri resmi pada 1984. gerakan amal adalah gerakan bersenjata yang tumbuh di libanon. Ia sangat membenci sebenarnya bukan kepada musuh zionis tetapi kepada para penduduk perkemahan palestina dan Beirut barat, itu karena mereka para umumnya adalah orang-orang Sunni. Gerakan Amal mendapat dukungan dana dari Rezim Syiah An Nashiriyah di Syiria dan dari rezim Imamiyah di Iran.


Gerakan Amal telah melakukan dan bahkan sudah sering melakukan pembantaian terhadap ahlussunnah yang bahkan mungkin zionis yahudi sendiri belum melakukan hal demikian. Pada malam senin 20/5/1985 M, milisi Amal menyerbu perkemahan Shabra dan Syatila. Mereka menahan semua pegawai rumah sakit Gazza. Pengeboman mulai dikendalikan dengan menggunakan mortir dan kontak senjata langsung dan serangan terus melebar hingga mencapai perkemahan palestina Burj Al Barajinah. Peperangan yang dilakukan gerakan Amal semakin membabi buta membunuh laki-laki, para wanita dan anak-anak. Sementara itu para pejuang palestina hanya mempertahankan diri saja tidak dapat mundur dari tempat mereka, walaupun demikian para pejuang palestina akhirnya berhasil bangkit namun kemudian seorang panglima brigade enam pasukan Libanon memerintahkan anak buahnya untuk membantu gerakan Amal dalam membunuhi orang-orang palestina yang ahlussunnah tersebut. Perlu diketahui anggota brigade enam semuanya adalah orang-orang syiah yang dipimpin oleh panglima Nabih Beri seorang Syiah.


Memang terdapat beberapa kali usaha untuk menghentikan perang, namun hal ini sama sekali tidak berhasil karena para pemimpin Gerakan Amal Syiah adalah orang-orang yang suka ingkar janji dan berbohong (taqiyyah). Yang akhirnya perang terus berlanjut ditambah lagi dengan brigade delapan pasukan libanon yang juga bergabung memerangi orang-orang palestina bersama Pasukan dari rezim An nashiriyah Syiah Syiria mereka mengepung perkemahan palestina Al Khalil di daerah Biqa’ kelompok ini semua mendapatkan keuntungan dari pengeboman yang dilakukan oleh pesawat-pesawat tempur zionis di perkemahan.(Wa Ja’a Daur Al Majus 2/81-84) dan semua berita-berita ini pembantaian ini berusaha ditutup rapat-rapat oleh Gerakan Amal dan semua antek-anteknya di Libanon.


Koresponden surat kabar Sunday Times tanggal 3/6/1985 mengatakan “ Sungguh mustahil meliput berita-berita pembantaian secara teliti, karena Gerakan Amal melarang para photographer masuk ke dalam perkemahan. Sebagian dari mereka mengancam dengan kematian. Telah terjadi penarikan beberapa orang koresponden, karena khawatir atas mereka dari penculikan dan pembunuhan, mereka yang masih tersisa di Libanon mendapatkan kesulitan dalam bertugas..” dan mereka juga menyebutkan, bahwa beberapa orang palestina dibunuh di rumah sakit-rumah sakit di Beirut, dan sejumlah jenazah orang-orang Palestina ditemukan dengan kondisi leher-leher mereka telah disembelih.


Kantor berita Prancis di hari yang sama menyebutkan “ Sesudah jatuhnya perkemahan Shabra, kelompok-kelompok syiah dan Gerakan Amal menyebar dengan penuh semangat di setiap sepuluh dan dua puluh meter untuk menghalangi para jurnalis dan photographer untuk mengambil gambar apa pun.


Kemudian Surat kabar Al Wathan Kuwait menyebutkan” gerakan amal dan brigade enam melarang para koresponden surat kabar untuk masuk, bahkan sesudah tumbahnya perkemahan Sabra. Mereka merusak semua kamera dan film yang telah berhasil diambil oleh sebagian jurnalis tentang bekas-beaks darah saja.(Wa Ja’a daur Al Majus 2/90-92).


Sebuah sumber menyebutkan bahwa adanya kesaksian dua orang tentang Gerakan Amal mengumpulkan puluhan korban luka-luka dan rakyat sipil selama delapan hari peperangan di ketiga perkemahan, kemudian membunuh mereka. Di antara mereka terdapat empat puluh lima orang korban luka-luka di rumah sakit Gazza. Surat Kabar republika Italia di hari yang sama menyebutkan bahwa di Syatila seorang palestina yang mengalami cacat, tidak dapat berjalan sejak beberapa tahun mengangkat kedua tangannya memohon pertolongan dan belas kasihan dihadapan komponen-komponen gerakan Amal. Jawaban yang didapatnya adalah dia ditembak hingga tewas. “Ini benar-benar sebuah kebiadaban” tulis surat kabar tersebut (Wa Ja’a Daur Al Majus 2/90-92).


Jhon Kevins dalam surat kabar New York Times melaporkan “dikatakan disana sejumlah jurnalis masuk kedalam perkemahan Burj Al barajinah.Dari dekat perkemahan tampak keadaan sangat hancur bahkan sebagian orang-orang Palestina menyebutkan bahwa Israel tidak berbuat sesuatu pada mereka seperti yang telah diperbuat Gerakan Amal. Di dalam perkemahan itu terdapat kebencian, bukan hanya kepada milisi-milisi Amal, bahkan kepada Syiria yang dianggap dalam skup luas telah merencanakan mengepung perkemahan dan mendukung untuk menghancurkan pengarus Yasir Arafat pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan untuk mengkonsolidasi kekuasaannya atas Libanon melalui perwakilannya.(Wa Ja’a Daur Al majus 2/105-106)


Hubungan Dengan Yahudi


Kantor berita Reuter mengatakan dalam penjelasannya di An Nabathiyah pada tanggal 1/7/1982, “Kekuatan militer zionis yang telah menduduki Palestina, mengizinkan organisasi Amal untuk melindungi milisi-milisi tertentu yang ikut dengannya dan membawa semua persenjataan miliknya. Salah seorang pemimpin milisi organisasi Amal yang bernama Hasan Musthafa menjelaskan bahwa senjata-senjata ini akan dipergunakan untuk membela diri kami dari orang-orang Palestina. Setelah Israel mengumumkan keinginanya untuk menarik mundur pasukannya dari Libanon. Organisasi amal meningkatkan pengejarannya terhadap Organisasi Pembebasan Palestina di Beirut barat.


Surat kabar Yerusalem Post dalam salah satu terbitannya tanggal 23/5/1985, memberikan pernyataan “Tidak semestinya mengabaikan bersatunya kepentingan Amal dan Israel, yang dibangun atas dasar keinginan bersama untuk menjaga wilayah selatan Libanon“ kemudian Ehud barak kepala intelejen militer Yahudi juga menyatakan“ Saya sangat percaya bahwa Gerakan Amal akan menjadi satu-satunya front yang menguasai wilayah selatan Libanon“


Sementara itu Menteri Luar Negeri Swedia, Beir Obeirt juga memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut, yang dinyatakannya di Jenewa pada tanggal 24/6/1985. Dia membawakan surat dari pemimpin Gerakan Amal Syiah, Nabih Bari kepada pimpinan Israel tetapi dia menolak memberikan penjelasan tentang surat tersebut.(Wa Ja’a Daur Al-Majus 2/160-162)


Majalah Al Arabi tanggal 24/10/1983 memberitakan tentang pertemuan majalah tersebut dengan Haidar Dayekh salah seorang pimpinan Amal di wilayah selatan.

Haidar Dayekh mengatakan” semua orang mengetahui dan pemerintah pun juga, bahwa kami membawa senjata sejak permulaan terjadinya berbagai peristiwa. Kami terlibat dalam peperangan melawan terorisme palestina dan menghentikan aksi kekerasan yang terjadi di wilayah selatan“ Kemudian dia mengatakan lagi “Kami sudah membawa senjata sebelum Israel masuk ke wilayah selatan, walaupun demikian mereka membuka kedua tangannya pada kamu dan senang bisa membantu kami, mereka membasmi terorisme Palestina dari wilayah selatan dan lainnya. Kami tidak akan dapat membalas kebaikan mereka dan kami tidak akan meminta apapun dari mereka agar kami tidak mengacaukan mereka“(Wa Ja’a Daur Al Majus 2/163-165).


Kemudian sebagian gerakan AMAL ini berpecah. Penjajahan Zionis Yahudi ke atas Libanon dan juga operasi "Peace in Galilee" yang dilancarkan oleh Sharon pada ketika itu Zionis yahudi yang telah menerima kekalahan besar pada awalnya melawan orang-orang Palestina. Ini dapat dilihat pada angka kematian 500 tentara mereka akibat operasi tersebut, sepertimana yang telah disebutkan oleh Robert Fisk di dalam bukunya Pity the poor nation. (Fisk (1992), Pity, London: Oxford Univ. Press, hal. 270). Kerugian yang amat besar di pihak Zionis ini telah memaksa partai Likud yang memerintah pada waktu itu untuk menerima usul Amerika untuk menyelesaikan isu penjajahan tersebut. Likud terpaksa akur dengan keputusan tersebut karena bimbang kehilangan dukungan rakyat Israel terhadap mereka.

Ronald reagen, Presiden AS pada waktu tersebut telah menghantar Philip Habib sebagai wakil mereka untuk menyelesaikan peperangan tersebut. Philip telah menjadi orang tengah di antara rejim Zionis dengan milisi-milisi di Libanon. Presiden Libanon pada waktu itu, Ilyas Sikis telah membentuk Dewan Penyelamat Nasional yang terdiri daripada lima orang wakil kelompok-kelompok di Libanon. Berri merupakan salah seorang daripada mereka. Melalui perbincangan dengan Philip, beberapa keputusan telah dicapai. Antaranya, Kedua-dua belah pihak bersetuju untuk gencatan senjata dan juga mengahalau para pejuang PLO yang berpusat di Libanon keluar daripada negara tersebut

Dan berdasarkan keputusan perundingan Philip Habib, para pejuang PLO terpaksa meninggalkan Libanon secara beransur-ansur, maka berhasillah gerakan Amal Syiah yang akhirnya menjadi Hizbullah menguasai seluruhnya Libanon Selatan diatas kekuasaan mereka sebagai kelompok Syiah Rafidhoh dukungan Iran.


Maka hari ini seharusnya kita harus lebih teliti dalam menilai setiap peristiwa yang terjadi, bercermin dari sejarah kelam yang pernah terjadi di Libanon. Yang kita sama sekali tidak mengetahui ada apakah dibalik semua ini, tujuan apakah yang sebenarnya tersembunyi...Tapi suatu hal telah jelas kita ketahui kemerdekaan Palestina dan bebasnya Al Quds bukanlah termasuk tujuan perang ini.


Maka kita tak perlu terpukau ketika Hasan Nasrallah mengatakan “(Sebenarnya) saya tak ingin menyatakan bahwa Hizbullah bukan berperang mewakili Hizbullah, tapi mewakili umat (Islam). Namun kemana umat itu kini dalam perang ini?” banyak kaum muslimin yang terkagum-kagum dan tertipu dengan pernyataan ini. Padahal justru seakan-akan Hasan Nasrallah ingin mengatakan bahwa hanya dirinya dan Hizbullah saja yang memerangi Israel dan menghilangkan dan menihilkan perjuangan kaum muslimin yang lain yang berjuang di Palestina, gaya seperti ini mirip yang dilakukan tokoh idola Hasan Nasrallah sendiri Khomaini yang dahulu menyatakan revolusi Iran adalah revolusi Islam namun kemudian mengantung Syeikh Ahmad Mufti Zadah pada tahun 1993 (tokoh ahlussunnah Iran salah seorang yang termasuk pendukung revolusinya).

Dan mengirimkan tentara-tentara untuk membunuh gurunya sendiri yaitu Ayatollah Syariat Madari yang menentangnya dalam konsep wilayatul faqih ((Dr.Musa Al Musawi-At Tsauratuu Al Baaisah hal.51).


Dibalik semua Fitnah yang terjadi ini, marilah sama-sama kita berdoa kepada Allah Ta’ala. Karena dialah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.


"Ya Allah ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat.

Ya Allah, jinakkan, satu padukan hati orang-orang muslimin, Perbaikilah keadaan mereka. Tolonglah kaum muslimin utuk melawan musuh-musuhMu, dan musuh-musuh mereka.

Ya Allah, laknatlah orang-orang kafir yang mendustakan para RasulMu dan membunuh para kekasih-Mu.

Ya Allah cerai-beraikan kesatuan kata mereka. Hancur leburkan kekuatan mereka,
Dan turunkanlah bencana-Mu yang tiada tertolak lagi untuk orang-orang yang penuh dengan dosa, Dengan menyebut nama-Mu ya Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon perlindungan kepadaMu"


Ya Allah, tunjukkanlah kebenaran itu sebagai kebenaran dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya, serta tunjukkanlah kebatilan itu sebagai sebuah kebatilan, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.


Maha Suci Engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu, saya bersaksi bahwa tiada

Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau, saya memohon ampun dan

bertaubat kepada-Mu.


Wallahu A’lam

Hilful Fudhul Bukan Koalisi Dalam Demokrasi

Hilful Fudhul Bukan Koalisi Dalam Demokrasi
(Pandangan Tajam Politik Kaum Mujtahidin)

oleh : Abu Hanan Sabil Arrasyad

Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta
pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari
kejahatan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amalan-amalan kami. Barangsiapa
yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang
menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tidak akan
ada yang memberi petunjuk kepadanya.

Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak untuk
disembah kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.
Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam.
Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan. Setiap perkara
yang diada-adakan adalah bid'ah. Setiap bid'ah adalah sesat. Dan setiap
kesesatan ada di neraka.

Sebagian tokoh kelompok hizbiyin dan tokoh-tokoh partai politik saat ini
menjadikan kisah Nabi sebelum mendapatkan wahyu yang biasa dikenal
dengan hilful fudhul sebagai dalil koalisi-koalisi yang mereka lakukan
dalam demokrasi.

Sebelum menjelaskan bagaimana peristiwa tersebut ana jelaskan apa
definisi hilful fudhul secara etimologis : Hilful Fudhul adalah
perjanjian yang paling terkenal di dalam sejarah semenanjung Tanah Arab
sebelum Islam.

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sempat menyaksikan perjanjian
ini yang bermula ketika seorang suku kaum Quraisy enggan membayar harga
barang yang diambil dari keluarga Zubaid. Keadaan ini mengakibatkan
beberapa orang cerdik pandai Mekah menaruh simpati menyebabkan mereka
merasakan perlu mengadakan perjanjian Fudhul di kalangan mereka sendiri
dengan ikrar akan memberikan semua hak-hak orang lain dengan sempurna.

Bagaimana sebenarnya kisah tersebut? Dan penerapannya yang sebenarnya
di dalam Islam?

Bagaimana peristiwa tersebut terjadi?

Ana kutipkan secara ringkas kisah tersebut dari kitab-kitab sirah
seperti Ibn Hisyam, Rahiqul Maqhtum Al Mubarakfury, Ibn Ishaq yang
menceritakan peristiwa tersebut secara panjang.

"Semasa Nabi shallallahu alaihi wa sallam berusia sepuluh tahun, terjadi
peperangan yang terkenal dengan peperangan Fujjar (peperangan penjahat)
karena pelanggaran hukum di bulan-bulan haram, pihak pertama adalah
pihak Quraisy dan Kinanah yang kedua adalah Qais bin Illan, kepala
kabilah bagi Quraisy dan Kinanah adalah Harb bin Umaiyah karena status
beliau yang tinggi di kalangan masyarakat Quraisy serta faktor usia
beliau berdua, Kemenangan pun silih berganti antara kedua belah pihak,di
awalnya pada pihak Qais bin Ilan kemudian pada pihak Harb bin Umaiyah,
yang pada saat itu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam turut serta
dalam peperangan di mana Beliau menyediakan anak-anak panah bagi bapak
dari saudaranya.

Lanjutan dari peristiwa peperangan Al Fujjar, adalah diadakannya satu
perjanjian di dalam bulan Zulqaidah. Salah satu bulan haram, pada bulan
itu dijemput tokoh kabilah-kabilah Quraisy dari Bani Hasyim,seperti Abu
Abdul Mutholib, Asad bin Abdul Uzza, Zuhrah bin Kilab, Taiyim bin
Murrah, Kesemuanya itu berkumpul di kediaman Abdullah bin Jadaan Al
Taimy, karena faktor kedudukan yang amat dihormati dan usia beliau di
antara mereka semua, di dalam perjanjian tersebut mereka setuju untuk
berjanji dan memihak kepada siapa saja yang dianiaya dan dizhalimi dan
bertindak kepada penganiaya tersebut, bahkan Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam menyebutkan "perjanjian yang menyenangkan hatiku, lebih
dari kesenanganku terhadap unta-unta gemuk, sekiranya setelah Islam
datang aku diajak mengadakan persetujuan seperti itu, pasti kusambut
dengan baik"

Perjanjian yang menafikan [ARD: meniadakan] semangat kefanatikan
jahiliyah yang biasanya timbul dari perasaan ashobiyah kebangsaan atau
sukuisme (perkabilahan) disebutkan bahwa sebab disepakatinya perjanjian
ini adalah lantaran seorang pedagang dari Yaman bernama Zubaid ditipu
oleh penduduk Mekkah oleh karena barang dagangan yang dibawa pedagang
tersebut telah dibeli oleh Als Ibnu Wail Al Sahmi namun harganya tidak
diselesaikan oleh penduduk Mekkah. Ketika pedagang tersebut meminta
tolong kepada sekutunya yaitu Abdul Al Dar, Makhzum, Jumah, `Adi,dan
para penduduk Mekkah tidak ada seorang pun yang mempedulikannya. Oleh
karena itu dia menulis sebuah syair dan membacanya dengan keras,
kemudian Al Zubair bin Abdul Muthalib bangun dan bertindak "Apa kalian
ini semua bisu? Kemudian dengan hal itu mereka yang telah mengikat janji
Hilful Fudhul segera bertindak menemui Al A'as bin Wail dan mengambil
barang dagangan lelaki dari yaman tersebut kemudian memulangkan
kepadanya, setelah mereka menyepakati perjanjian Al Fudhul Tersebut.

Dari sini kita bisa ambil ibrah [ARD: pelajaran] yang jelas dari
peristiwa hilful fudhul di atas, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam semenjak sebelum menjadi Nabi pun telah berusaha memberantas
kezhaliman yang beliau sendiri berusaha menjadikan hilful fudhul sebagai
salah satu jalan untuk memberantas kezhaliman tersebut. Lantas apa
perbedaan hilful fudhul dengan demokrasi yang di sana sebagian alasan
para tokoh partai dan kaum hizbiyyun saat ini adalah untuk memberantas
kezhaliman dengan berkoalisi dengan orang-orang kafir dan lainnya,
seperti juga Nabi berkoalisi dengan musyirikin Quraisy saat itu?

1. Jawabnya adalah hilful fudhul tidak pernah membahas memperbincangkan
hukum bahkan memutuskan atau membuat hukum sebagaimana partai-partai di
dalam parlemen membuat dan menyiapkan hukum, yang hal ini jelas-jelas
bertentangan dengan syariat Islam di mana pembuat syariat adalah Allah
bukan manusia.

Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca ayat yang artinya:

"Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai
tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra
Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa;
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan (QS. At-Taubah 9:31)

Kemudian Adi Ibnu Hatim berkata :"Kami tidak beribadah kepada mereka."
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bukankah
mereka telah menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah kemudian
kalian pun menghalakannya dan mereka mengharamkan apa yang dihalalkan
oleh Allah kemudian kalian pun mengharamkannya?" Adi Ibnu Hatim
menjawab:" Ya." Kemudian Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam
bersabda: "Maka itulah bentuk peribadatan kepada mereka." (HR Ahmad dan
Tirmidzi, dan beliau menghasankannya).

2. Hilful fudhul justru memberantas dan menafikan ashobiyah kesukuan dan
mengutamakan keadilan untuk memberantas kezaliman, berbeda dengan
partai-partai di dalam parlemen demokrasi dengan koalisinya yang malah
mengangkat syiar-syiar ashobiyah, kelompok dan memecah belah kesatuan
kaum muslimin, dan koalisi yang mereka lakukan kebanyakan adalah koalisi
semu yang kemudian mudah bercerai berai.

"Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka berpecah belah.Yang
demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti"
(QS. Al Hasyr 59:14).

"Dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,
yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi
beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
para golongan mereka" (QS. Ar Rum 30:31-32)

3. Demokrasi adalah sebuah cara/metode buatan orang kafir dalam
pengaturan sistem kenegaraan serta dalam pembuatan dan penerapan
hukum/perundang-undangan, yang dianggap baik oleh [ARD: sebagian] kaum
muslimin, bukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan
taqrir (persetujuannya) seperti yang terjadi pada hilful fudhul ataupun
taktik perang parit persia dan baca tulis yang diajarkan para kaum
muslimin oleh tawanan-tawanan musyrik saat itu.

"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah
yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS.
Al-Maidah 5:50).

"Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang
telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka
menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya (QS. Al-Kahfi 18:103-104).

4. Demokrasi bertentangan dengan Islam dalam koalisinya berbeda dengan
hilful fudhul, kebenaran menurut demokrasi adalah sesuatu yang
diikuti/disetujui oleh orang banyak, padahal Allah `azza wajalla berfirman:

"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah) (QS. Al-An'am 6:116)

sedangkan dalam hilful fudhul adalah orang yang terzhalimi harus
ditolong, walaupun tidak mengikuti kemauan orang banyak, perhatikan
dengan jelas kisah di atas,

"sebab disepakatinya pernjanjian ini adalah lantaran seorang pedagang
dari Yaman keluarga Zubaid ditipu oleh penduduk Mekkah oleh karena
barang dagangan yang dibawa pedagang tersebut telah dibeli oleh Als Ibnu
Wail Al Sahmi namun harganya tidak diselesaikan oleh penduduk Mekkah.
Ketika pedagang tersebut meminta tolong kepada sekutunya yaitu Abdul Al
Dar, Makhzum, Jumah, `Adi, dan para penduduk Mekkah tidak ada seorang
pun yang mempedulikannya"

Lihat mayoritas penduduk Mekkah saat itu tidak memperdulikan pedagang
tersebut, namun karena hilful fudhul maka "kemudian Al Zubair bin Abdul
Muthalib bangun dan bertindak "Apa kalian ini semua bisu? Kemudian
dengan hal itu mereka yang telah mengikat janji Hilful Fudhul segera
bertindak menemui Al A'as bin wail dan mengambil barang dagangan lelaki
dari yaman tersebut kemudian memulangkan kepadanya, setelah mereka
menyepakati perjanjian Al Fudhul Tersebut", lihatlah perbedaan yang
nyata antara hilful fudhul dengan koalisi parlemen dalam demokrasi.

5. Hilful fudhul berorientasi kepada keadilan dan memihak kepada pihak
yang dizhalimi berbeda dengan koalisi dalam demokrasi yang memihak
kepada kepentingan partai-partai yang berkoalisi di dalam parlemen untuk
melanggengkan kekuasaan mereka.

Maka syarat perjanjian dan koalisi di atas demokrasi adalah kebatilan
seperti yang Rasulullah shallallahu sabdakan dalam hadistnya :

"Barang siapa membuat persyaratan(perjanjian) yang tidak sesuai dengan
kitab Allah, maka syarat tersebut batal walaupun mengajukan seratus
persyaratan, karena syarat Allah lebih benar dan lebih kuat" (HR
al-Bukhari : kitabul Buyu') (lihat Ibnu Taimiyah ; al-Majmu' al-Fatawa
35/92-97).

Penerapan Kisah "Hilful Fudhul" di Masa Kontemporer.

Di masa ini di mana ulama adalah sesuatu yang amat langka sekali,
peristiwa semisal hilful fudhul pernah diterapkan oleh salah seorang
ulama yang berpegang kepada manhaj yang haq, manhaj Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Yaitu Fadhilatus
Syeikh Abdul Aziz Bin Baz Rahimahullah dan Lajnah Ad Daimah Saudi
Arabia. Ketika beliau berfatwa membolehkan Pasukan Amerika berada di
Pinggir Padang Pasir Perbatasan dengan Irak dan Kuwait ketika terjadi
Invasi oleh Saddam Husein (Tokoh Partai Baats Sosialis) Irak ke Kuwait
tahun 1992. Sebenarnya hal ini bukanlah hanya pendapat Syeikh Abdul Aziz
Bin Baz rahimahullah saja, bahkan Imam Syafi'i rahimahullah pernah
menyatakan hal tersebut Imam Syafi'I Rahimahullah menegaskan bahwa yang
menjadi ukuran dalam boleh dan tidaknya tahaluf (yang artinya secara
etimologi dari kata al-hilfu yakni ai al-`ahdu yaitu perjajian, dan
sumpah) dengan non muslim adalah kemaslahatan umat (lihat Mughni
al-Muhtaj; 4/221).

Saat itu para ulama Lajnah Ad Daimah yang diketuai beliau berfatwa
membolehkan meminta bantuan kepada non muslim dalam hal menghentikan
kezhaliman yang dilakukan oleh saudara yang seagama. Apalagi negara
tetangga Saudi Arabia waktu itu tidak satu pun yang mendukung negeri
Saudi Arabia, bahkan mereka memberi bantuan moril kepada presiden Irak
yang nyata-nyata melakukan kezhaliman saat itu dengan mencaplok Kuwait
dan akan menyerang Saudi Arabia. Namun sekelompok kecil dari generasi
muda yang terpengaruh kaum hizbiyyun menentang kebijakan yang dilakukan
Sang Raja berdasarkan fatwa para ulama itu. Ketika itu persoalan
bertambah rumit lagi. Saat itu para generasi muda menyebarkan berbagai
fitnah terhadap penguasa dan ulama. Maka dicela dan dihujatlah Syeikh
sebagai ulama penjilat penguasa, ulama haid dan nifas, ulama Amerika dan
tuduhan-tuduhan keji lainnya yang seharusnya tidak keluar dari
orang-orang yang mengaku para da'i dan para aktivis dakwah. Namun Syeikh
yang alim dan bijak ini menghadapinya dengan pandangan yang jernih dan
tidak tertipu dengan realita dan atau fiqhul waqi yang biasa
didengungkan oleh kaum hizbiyyun hal tersebut tidak membuatnya untuk
berbuat sesuatu yang di luar aturan syar'i. Setelah Saddam kembali
meninggalkan Kuwait. Suara-suara sumbang masih terdengar dari sekelompok
generasi muda hizbiyyun, beliau dituduh meminta bantuan orang kafir
untuk membunuh saudara-saudara seiman. Padahal yang terjadi adalah
sebaliknya beliau meminta bantuan orang kafir untuk menghentikan
pembunuhan sesama muslim dan menghentikan kezhaliman seperti yang
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lakukan dalan hilful fudhul
dengan kaum musyrikin Quraisy serta untuk melindungi Mekkah dan Madinah,
satu-satunya tempat dan wilayah yang berdasarkan Al Quran dan Sunnah
sebagai simbol Islam yang tegak di muka bumi ini.

Sebenarnya para pemuda hizbiyyun saat itu tertipu oleh waqi' (realita)
yang katanya mereka paling faham dengan fiqhul waqinya, mereka tertipu
oleh Saddam yang menggunakan simbol-simbol Islam untuk melancarkan
kezhalimannya, salah satunya adalah Saddam memasang di bendera Irak
tambahan tulisan Allahu Akbar sehingga seakan-akan mereka sedang
memancangkan bendera Islam, padahal Saddam adalah seorang Baats
Sosialist yang amat fanatik. Dan para pengikut Baats ini banyak
orang-orang yang jahat bahkan tidak sholat walaupun mereka mengaku
muslim. Hal ini telah diketahui oleh Syeikh Abdul Aziz Bin baz
Rahimahullah saat itu, karena beliau termasuk yang aktif menasihati
Saddam Husein sebelumnya dengan mengirimkan surat kepada Saddam,
sayangnya hal ini tidak difahami dan diketahui oleh kaum hizbiyyun saat itu.

Memang benar saat itu sebagian besar Mujahidin Arab Saudi telah banyak
kembali dari medan jihad di Afghanistan setelah terjadi perebutan
kekuasaan disana antara kaum hizbiyyun, syiah dan sufiyun dan sisa-sisa
pengikut Soviet yang bergabung dalam Aliansi Utara oleh Jenderal Dostum.
Sementara lainnya bermukim di Pakistan yang akhirnya menjadi cikal bakal
dari Thaliban. Di antara peristiwa yang menyebabkan Mujahidin Arab Saudi
kembali ke negaranya adalah kezhaliman kaum hizbiyyun terhadap para
pengikut Ulama Salafiyyun di Kunar yang dipimpin oleh Syaikh
Jamilurrahman menerapkan Islam di sana.

"Dipicu kegerahan kaum Quburiyin melihat perkembangan dakwah tauhid yang
marak di wilayah Kunar. Kebencian kaum Quburiyin terhadap kaum
Muwahhidin yang mereka juluki Wahhabiyah ini memuncak hingga sebagai
klimaksnya adalah pengepungan wilayah Kunar dan pembantaian penduduknya
yang mayoritas adalah para Muwahhidin. Hingga beredarlah semboyan di
tengah-tengah mereka bahwa "membunuh seorang wahabi lebih baik daripada
membunuh sepuluh orang komunis!" Hingga akhirnya Syaikh Jamilurrahman
Rahimahullah juga terbunuh tidak lama setelah itu oleh seorang jurnalis
hizbiyyun. Setelah peristiwa berdarah itu, kaum Quburiyin yang dipimpin
oleh Hikmatyar menggelar tabligh akbar menyatakan berlepas diri dari
peristiwa tersebut, ironinya hal ini disambut gegap gempita oleh
Ikhwaniyin (pengikut Ikhwanul Muslimin)! Inna Lillahi wa inna Ilaihi
raji'un". (tulisan Ustadz Abu Ihsan Al Atsary salah seorang yang pernah
ikut berjihad di Afghanistan dan belajar di Pakistan).

Banyaknya mujahidin yang kembali ke Arab Saudi ini dijadikan alasan
untuk mencela Syaikh Abdul Aziz Bin Baz rahimahullah oleh kaum
hizbiyyun. Di antaranya yang dilakukan oleh Dr Safar Hawali yang
menyebutkan bahwa seharusnya dibiarkan saja mujahidin Arab Saudi
tersebut yang menjaga perbatasan dan bertempur melawan orang-orang Irak
pengikut Saddam Husein. Justru di sinilah kebijaksanaan dan kefaqihan
Syeikh Abdul Aziz Bin Baz rahimahullah dibuktikan, beliau tidak tertipu
sama sekali dengan waqi' (realita) yang beredar namun beliau memahami
politik yang beliau lakukan sebagai politik Mujtahidin yang benar-benar
berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah sesuai pemahaman salafusshalih.

Hasilnya adalah kaum muslimin tidak saling membunuh saat itu antara
pasukan Irak dan mujahidin Arab Saudi. Bahkan kenyataan yang amat
mengejutkan adalah justru dibalik itu semua terdapat hikmah yang amat
besar di antaranya adalah begitu banyaknya tentara Amerika yang masuk
Islam. Pengakuan salah seorang komandan angkatan perang Arab Saudi bahwa
mereka lebih sibuk menghadapi orang-orang Amerika yang ingin masuk Islam
dari pada menghadapi kemungkinan serangan Saddam. Kalau saja Saddam
berhasil menguasai Arab Saudi pada saat itu tentu akan lenyap
satu-satunya kekuasaan yang berlandaskan Islam di muka bumi ini. Begitu
juga salah seorang wartawan majalah Tarbawi yang pernah menceritakan
kisah tentang kunjungannya ke Amerika yang dia bertemu seorang Jenderal
di AD Amerika yang ternyata seorang muslim walaupun masih menyembunyikan
keislamannya dan penurut pengakuan jenderal tersebut bahwa banyak di
Angkatan bersenjata Amerika yang telah menjadi muslim, namun masih
seperti dia menyembunyikan keyakinannya dengan alasan keamanan.

[ARD: disebutkan dalam Mereka Adalah Teroris, hlm. 399 bahwa seorang
pegawai perusahaan minyak ARAMCO, Muhammad al-Akkas, dengan izin Allah,
telah berhasil meng-Islamkan 2000 tentara Amerika Serikat.]

Begitulah pandangan tajam ulama mujtahidin yang dengan bashirahnya tidak
mudah tertipu oleh realita (waqi) dan tetap istiqomah di atas Al Qur an
dan Sunnah sesuai yang difahami Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
dan para sahabat yang menyebabkan kemaslahatan yang benar-benar hasil
dari ketaatan kepada Syariat Allah bukan kemaslahatan hasil pemikiran
pribadi atas realita (waqi).

Ya Allah, tunjukkanlah kebenaran itu sebagai kebenaran dan berilah kami
kekuatan untuk mengikutinya, serta tunjukkanlah kebatilan itu sebagai
sebuah kebatilan, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.

Maha Suci Engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu, saya bersaksi bahwa
tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau, saya memohon ampun
dan bertaubat kepada-Mu.

Wallahu A'lam

Sunday, August 06, 2006

Pengkhianatan Terhadap Ahlul Bait

Oleh : Abu Hanan Sabil Arrasyad


Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amalan-amalan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tidak akan ada yang memberi petunjuk kepadanya.


Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.


Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan. Setiap perkara yang diada-adakan adalah bid'ah. Setiap bid'ah adalah sesat. Dan setiap kesesatan ada di neraka.


“Akan datang pada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan, dibenarkan orang yang berdusta dan didustakan orang yang jujur, dipercaya orang yang khianat dan dikhianati orang yang amanah…” (HR. Ibnu Majah 4042, disahihkan al-Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah 1887)


"Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah ia mengkhianatinya" (HR. Bukhari dan Muslim)


Diantara ciri yang paling menonjol dari orang-orang munafik adalah kebiasaan mereka berdusta dan kelakuan mereka yang selalu mengingkari janji dan berkhianat. Dan diantara ciri khas para penghianat adalah dia tidak membedakan bersama siapa dia berkhianat serta bersama siapa dia dapat dipercaya. Sungguh kedustaan adalah bagian dari penyakit nifaq yang apabila telah mengalir dalam darah seseorang akan menjadikannya sebagai seorang penghianat, walaupun kepada orang-orang yang paling dekat dengannya.


Orang-orang Syiah yang ghuluw (berlebihan) dalam mencintai Ahlul bait, terutama kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu, sesungguhnya telah tampak dengan jelas penghianatan mereka sejak periode pertama gerakan Tasyayyu’ (Menjadi Syiah), pada saat fitnah berkobar diantara dua orang sahabat Nabi yang mulia, Ali dan Muawiyah Radhiyallahu anhuma.


Maka ditulislah risalah ini di tengah badai fitnah ketika sejarah Islam diselubungi kabut tebal kedustaan (taqiyyah) pemahaman para penghianat dan pendusta yang memutar balikkan sejarah dengan berlindung di balik kata-kata cinta kepada Ahlul bait padahal sesungguhnya merekalah orang-orang berada dibarisan terdepan dalam menghianati Ahlul bait.


Sikap Para Pengkhianat Terhadap Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu


Sebagian besar pendukung[1] (syiah) Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu adalah penduduk Iraq, terutama penduduj Kufah dan Bashrah. Ketika Ali berkeinginan untuk pergi berperang bersama mereka ke Syam, setelah berhasil meredam fitnah Kaum Khowarij (salah satu sekte pecahan syiah Ali sendiri yang malah mengkafirkan Ali bin Abi Thalib), mereka malah meninggalkan beliau Radhiyallahu Anhu padahal sebelumnya mereka telah berjanji untuk membantunya dan pergi bersamannya. Tetapi dalam kenyataannya, mereka semua membiarkannya, dan mereka mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin, anak panah kami telah musnah, pedang-pedang dan tombak-tombak kamu telah tumpul, maka kembalilah bersama kami, sehingga kami menyediakan peralatan yang lebih baik” Kemudian Ali Mengetahui, bahwa semangat merekalah yang sesungguhnya sudah tumpul dan melemah, dan bukan pedang-pedang mereka. Mulailah mereka pergi secara diam-diam dari tempat tentara Ali Bin Abi Thalib dan kembali ke rumah mereka tanpa sepengatahuan beliau, sehingga kamp-kamp militer tersebut menjadi kosong dan sepi. Ketika beliau melihat hal tersebut, beliau kembali ke Kufah dan mengurungkan niatnya untuk pergi.[2]


Ali Bin Abi Thalib mengetahui bahwa perkara apa pun tidak dapat mereka menangkan walaupun mereka telah berbuat adil dan beliau adalah seorang yang adil walaupun kepada para pendukung beliau, beliau tidak dapat menyembunyikan kekesalannya dan persaksiannya terhadap para penipu ini kemudian berkata kepada mereka, “Kalian hanyalah pemberani –pemberani dalam kelemahan, serigala-serigala penipu ketika diajak bertempur, dan aku tidak percaya pada kalian…kalian bukanlah kendaraan yang pantas ditunggangi, dan bukan pula orang mulia yang layak dituju. Demi Allah sejelek-jelek provokator perang adalah kalian. Kalianlah yang akan tertipu, dan tidak akan dapat merencanakan tipu daya jahat, dan kebaikan kalian akan lenyap dan kalian tidak dapat menghindar” [3]


Yang anehnya lagi, para pendukung (syiah) Ali di Iraq ini tidak hanya mundur dari medan perang ke Syam bersama beliau, tetapi mereka juga takut dan keberatan untuk mempertahankan wilayah mereka sendiri.[4] sementara pasukan Muawiyah telah menyerang Ain At Tamr dan daerah-daerah Iraq yang lain. Mereka tidak tunduk terhadap perintah Ali untuk mempertahankannya, sampai-sampai Amirul Mukminin Ali berkata kepada mereka,”Wahai penduduk Kufah, setiap kali kalian mendengar kedatangan pasukan dari Syam, maka setiap orang dari kalian masuk ke dalam kamar rumahnya dan menutup pintunya seperti masuknya biawak ke persembunyiannya dan hyena ke dalam sarangnya….Orang yang tertipu adalah orang yang kalian bodohi, dan bagi yang menang bersama kalian, adalah menang dengan bagian yang nihil. Tidak ada orang-orang yang berangkat ketika dipanggil, dan tidak ada saudara-saudara yang dapat dipercaya ketika dibutuhkan. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan hanya kepadaNya kita kembali” [5].


Sikap Para Pengkhianat Syiah terhadap Al Hasan bin Ali Radhiyallahu anhu.


Ketika Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu terbunuh oleh Ibnu Muljam (seorang khowarij yang tadinya termasuk syiah Ali namun mengkafirkan beliau setelah itu), Al Hasan Radhiyallahu anhu dibaiat menjadi khalifah, dan beliau yakin tidak dapat berhasil perang melawan Muawiyah. Terutama setelah sebelumnya sebagian pengikutnya di Iraq telah meninggalkan ayahnya. Tetapi para para pengikut mereka di Iraq kembali meminta Al Hasan untuk memerangi Muawiyah dan penduduk Syam, padahal jelas-jelas sebenarnya Al Hasan berkeinginan menyatukan kaum muslimin saat itu, karena beliau faham sekali tentang kelakuan orang-orang syiah di Iraq ini yang beliau sendiri membuktikan hal tersebut, Ketika beliau menyetujui mereka (orang-orang syiah di Iraq) dan beliau mengirimkan pasukannya serta mengirim Qais bin Ubadah di bagian terdepan untuk memimpin dua belas ribu tentaranya, dan singgah di Maskan, ketika Al Hasan sedang berada di Al Mada’in tiba-tiba salah seorang penduduk Iraq berteriak bahwa Qais telah terbunuh. Mulailah terjadi kekacauan di dalam pasukan, para maka orang-orang syiah Iraq kembali para tabiat mereka yang asli (berkhianat), mereka tidak sabar dan mulai menyerang kemah Al Hasan serta merampas barang-barangnya, bahkan mereka sampai melepas karpet yang ada dibawahnya, mereka menikamnya dan melukainya. Dari sinilah salah seorang penduduk Syiah Iraq, Mukhtar bin Abi Ubaid Ats Tsaqafi merencanakan sesuatu yang jahat, yaitu mengikat Al Hasan bin Ali dan menyerahkan kepadanya, karena ketamakannya dalam harta dan kedudukan. Pamannya yang bernama Sa’ad bin Mas’ud Ats Tsaqafi[6] telah datang, dia adalah salah seorang wali dari Mada’in dari kelompok Ali. Dia (Mukhtar bin Abi Ubaid) bertanya kepadanya, “Apakah engkau menginginkan harta dan kedudukan? Dia berkata, “Apakah itu?” Dia Menjawab,”Al Hasan kamu ikat lalu kamu serahkan kepada Muawiyah” Kemudian pamannya berkata “ Allah akan melaknatmu, berikan kepadaku anak putrinya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, ia memperhatikannya lalu mengatakan, kamu adalah sejelek-jelek manusia” [7]


Maka Al Hasan radhiyallahu anhu sendiri berkata “ Aku Memandang Muawiyah lebih baik terhadapku disbanding orang-orang yang mengaku mendukungku (Syiahku), mereka malah ingin membunuhku, mengambil hartaku, demi Allah saya dapat meminta dari Muawiyah untuk menjaga keluargaku dan melindungi keselamatan seluruh keluargaku, dan semua itu lebih baik daripada mereka membunuhku sehingga keluarga dan keturunanku menjadi punah. Demi Allah, jikalau aku berperang dengan Muawiyah niscaya mereka akan menyeret leherku dan menganjurkan untuk berdamai, demi Allah aku tetap mulia dengan melakukan perdamaian dengan Muawiyah dan itu lebih baik disbanding ia memerangiku dan aku menjadi tahanannya”


Maka para penghianat ini sebenarnya amat benci terhadap Al Hasan bahkan keturunannya, namun mereka berusaha menutup-nutupinya, maka mereka (syiah rafidhoh imamiyah) mengeluarkan keturunan Al Hasan dari silsilah para Imam ma’shum versi mereka yang mereka mengangkat Imam-Imam mereka itu bahkan diatas kedudukan para Nabi dan malaikat terdekat dengan Allah (tulisan Khumaini dalam, al hukumah islamiyah hal 52), walaupun demikian agar tidak terbongkar kebencian mereka ini mereka tetap mencantumkan Al Hasan dalam deretan Imam mereka. Itulah cara dan memang tabiat mereka untuk menipu kaum muslimin.


Mengapa mereka tidak mencantumkan keturunan Al Hasan dalam imam-imam mereka? Apa keturunan Al Hasan bukan keturunan ahlul bait? Jawabnya adalah karena Al Hasan berdamai dengan Muawiyah dan menyatukan kaum muslimin saat itu, sehingga tercelalah keturunannya dan tidak layaklah mereka menjadi imam mereka, itulah hakikat tabiat sejati seorang penghianat yang tidak pernah menginginkan perdaimaian dan persatuan diantara kaum muslimin.


Sikap Para Pengkhianat Syiah terhadap Husain bin Ali Radhiyallahu anhu


Setelah wafatnya Muawiyah Radhiyallahu anhu pada 60 H yang sebelumnya beliau menunjuk Yazid[8] untuk menjadi pemimpin yang niat beliau agar tidak terjadi lagi perpecahan diantara kaum muslimin dalam masalah kekuasaan. Maka berpalinglah para utusan ahli dari Iraq kepada Husain bin Ali Radhiyallahu anhu dengan penuh antusias dan simpati, Lalu mereka berkata kepada Husain,“Kami telah dipenjara hanya demi engkau, dan kami juga tidak mengikuti shalat jum’at bersama penguasa yang ada, sehingga datanglah Sang Imam (Al Mahdi) kepada kami“


Di bawah tekanan mereka, terpaksa Husain memutuskan untuk mengirim anak pamannya, Muslim bin Aqil untuk mengetahui keadaan yang terjadi, maka keluarlah Muslim pada bulan Syawal tahun 60 H.


Ia tidak mengetahui telah tibanya penduduk Iraq sehingga mereka datang kepadanya, maka mulailah mereka berbaiat kepada Husain. Disebutkan, bahwa jumlah mereka yang berbaiat sebanyak dua belas ribu orang, kemudian penduduk Kufah pun mengirim utusan utnuk membaiat Husain dan semuanya berjalan dengan baik.


Tetapi sayang, Husain radhiyallahu anhu tertipu oleh penghianatan mereka. Husain pergi menemui mereka walaupun sudah diperingatkan oleh para sahabat Nabi dan orang-orang yang terdekat dengan beliau agar tidak keluar menemui mereka, hal itu karena mereka telah mengetahui penghianatan yang selama ini telah dilakukan oleh kaum Syiah Iraq. Sampai-sampai Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata kepada Husain , “Apakah engkau akan pergi ke kaum (golongan) yang telah membunuh pemimpin mereka, merampas negeri mereka, dan memusnahkan musuh mereka, walaupun mereka telah melakukan hal itu, apakah kamu tetap pergi kepada mereka? Mereka mengajakmu kesana, sedang penguasa mereka bersikap tiran terhadap mereka, apa yang mereka lakukan hanya untuk negara mereka saja, mereka hanya mengajak anda menuju medan perang dan pembantaian, dan anda tidak akan aman bersama mereka, mereka akan mengkhianati, menipu, membangkang, meninggalkan, dan berbalik memerangi kamu dan nanti mereka menjadi orang yang sangat keras permusuhannya kepadamu..“


Begitu juga Muhammad bin Ali bin Abi Thalib yang populer dengan gelar Ibnu al-Hanif, sudah menasehatkan kepada saudaranya al-Husein radhiyallahu ‘anhum seraya mengatakan: “Wahai saudaraku, penduduk Kufah sudah Anda ketahui betapa pengkhianatan mereka terhadap bapakmu Ali radhiyallahu ‘anhu dan saudaramu al-Hasan radhiyallahu ‘anhu. Saya khawatir nanti keadaanmu akan sama seperti keadaan mereka sebelumnya!”[9]


Dengan jelas tampaklah pengkhianatan Syiah ahli Kufah, walaupun mereka sendiri yang telah mengharapkan akan kedatangan Husain, hal itu sebelum Husain sampai kepada mereka. Maka penguasa Bani Umayyah, Ubaidillah bin Ziyad ketika mengetahui sepak terjang Muslim bin Aqil yang telah membaiat Husain dan sekarang berada di Kufah, ia segera mendatangi Muslim dan langsung membunuhnya, sekaligus terbunuh pula tuan rumah yang menjamunya Hani bin Urwah Al Muradi. Dan kaum Syiah Kufah tidak akan memberikan bantuan apa-apa, bahkan mereka mengingkari janji mereka terhadap Husain Radhiyallahu anhu, hal itu mereka lakukan karena Ubaidillah bin Ziyad memberikan sejumlah uang kepada mereka.


Ketika Husain Radhiyallahu anhu keluar bersama keluarga dan beberapa orang pengikutnya yang berjumlah sekita 70 orang laki-laki dan langkah itu ditempuh setelah adanya perjanjian-perjanjian dan kesepakatan, kemudian masuklah Ibnu Ziyad untuk menghancurkannya di medan peperangan, Maka terbunuhlah Al Husain Radhiyallahu anhu dan terbunuh pula semua sahabatnya termasuk ketiga saudara dari Husain sendiri Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib, Umar bin Ali bin Abi Thalib, dan Ustman bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum , ketiga anak Ali bin Abi Thalib selain Hasan, Husain dan Muhammad Ibn Hanafiyyah radhiyallahu ‘anhum.


Ketika Husain Radhiyallahu anhu keluar bersama keluarga dan beberapa orang pengikutnya yang berjumlah sekitar 70 orang laki-laki, dan langkah itu ditempuh setelah adanya pernjanjian-perjanjian dan kesepakatan, kemudian masuklah Ibnu Ziyad untuk menghancurkannya di medan peperangan, maka terbunuhlah Al Husain Radhiyallahu anhu dan terbunuh pula semua sahabatnya. Ucapannya yang terakhir sebelum wafat adalah “Ya Allah berikanlah putusan di antara kami dan diantara orang-orang yang mengajak kami untuk menolong kamu namun ternyata mereka membunuh kami“.[10]


Bahkan doanya atas mereka (syiah) sangat terkenal, beliau mengatakan sebelum wafatnya, “Ya Allah, apabila Engkau memberi mereka kenikmatan, maka cerai beraikanlah mereka, jadikanlah mereka menempuh jalan yang berbeda-beda, dan janganlah restui pemimpin mereka selamanya, karena mereka telah mengundang kami untuk menolong kami, namun ternyata kemudian memusuhi kami dan membunuh kami“.[11]

Maka terungkap jelaslah kelakuan para penghianat yang menjadikan tameng dan mereka bertopeng dibalik ungkapan kecintaan mereka kepada Ahlul bait yang mereka jadikan kecintaan tersebut sebagai alasan memusuhi setiap orang yang mereka benci, padahal sungguh merekalah penghianat sesungguhnya yang menyimpan kebencian dendam kepada Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam beserta Ahlul Bait dan para sahabatnya. Yang selama ini mereka putarbalikkan sejarah dengan riwayat-riwayat palsu mereka yang itu memang tabiat dan ajaran agama mereka sesungguhnya dengan Taqiyyah (kedustaan) yang selalu mereka lakukan.


Maka wajib bagi kita mengambil ibroh dan pelajaran dari sejarah ini, penghianatan yang berulang-ulang mereka lakukan kepada orang-orang yang dikatakan mereka cintai (ahlul bait) mereka berkhianat, apalagi kepada kaum muslimin secara umum, ditipunya Syaikh Syaltut (tokoh lembaga darut taqrib: lembaga pendekatan sunni-syiah) oleh mereka, digantungnya Syaikh Ahmad Mufti Zaddah tahun 1993 (tokoh lembaga darut taqrib dari kalangan ahlussunnah di iran). Sudah cukup menjadi bukti pengkhianatan adalah tabiat dan kelakuan mereka yang sudah mendarah daging dan patut kita waspadai.


"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka"Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. (Q.S. Al-An'am: 159)


Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam beserta keluarga dan para sahabatnya radiyallahu anhum ajmain dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.


Ya Allah, tunjukkanlah kebenaran itu sebagai kebenaran dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya, serta tunjukkanlah kebatilan itu sebagai sebuah kebatilan, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.


Maha Suci Engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu, saya bersaksi bahwa tiada

Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau, saya memohon ampun dan

bertaubat kepada-Mu.


Wallahu A’lam



1.Tidak semua pendukung Ali bin Abi Thalib fanatik, yang dimaksudkan disini adalah para pengikut Abdullah bin saba ((yahudi yg pura-pura masuk Islam) yang memang mengkultuskan Ali bin Abi Thalib bahkan sampai menuhankannya


2.Tarikh Ath Thabari : Tarikh Al Umam wa Al Muluk, 5/89-90. Ibnul Atsir, Al kamil fi at Tarikh, 3/349.


3.Tarikh Ath Thabari, 5/90. Al Alam Al Islami fi ashri Al Umawi hal 91.


4. Mirip seperti kelakuan Syiah rafidhoh (faksi hizbullah) di masa ini yg katanya ingin membela palestina namun hanya bertahan di libanon saja mempertahankan wilayahnya.


5.Tarikh Ath Thabari 5/135. Al Alam Al Islami Fi Ashri Al Umawi hal 96.


6.Mukhtar bin Abi Ubaid Ats Tsaqafi inilah yang menentang Daulah Umawiyah dan mengaku sebagai pengikut Ahlul Bait serta menuntut kematian Al Husain.Itu semua tidak lain hanyalah topeng dan kedok untuk bersembunyi dari kerakusannya terhadap kekuasaan.


7.Tarikh Ath Thabari, 5/195. Al Alam Al Islami fi Ashri Al Umawi. Hal 101.


8. Yazid menurut ulama dan Imam-imam kaum muslimin adalah raja dari raja-raja islam Mereka tidak mencintainya seperti mencintai orang-orang shalih dan wali-wali Allah dan tidak pula melaknatnya. Karena sesungguhnya mereka tidak suka melaknat seorang muslim secara khusus (ta yin). Di samping itu kalaupun dia sebagai orang yang fasiq atau dhalim, Allah masih mungkin mengampuni orang fasiq dan dhalim. Lebih-lebih lagi kalau dia memiliki kebaikan-kebaikan yang besar.Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya dari Ummu Harran binti Malhan radhiyallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:Tentara pertama yang memerangi Konstantiniyyah akan diampuni. (HR. Bukhari) Padahal tentara pertama yang memeranginya adalah di bawah pimpinan Yazid bin Mu'awiyyah dan pada waktu itu Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu 'anhu bersamanya

9. Al-Luhuuf; oleh Ibn Thawus; hal. 39. Asyuura'; oleh al-Ihsa-i; hal. 115. Al-Majaalisu al-Faakhirah; oleh Abdu al-Hu-sein; hal. 75. Muntaha al-Amaal; (1/454). Alaa Khathi al-Hu-sain hal.96.110) Al-Majaalisu al-Faakhirah; hal.79. 'Alaa Khathi al-Husain; hal 100. Lawaa'iju al-Asyjaan; oleh al-Amin; hal. 60. Ma'aalimu al-Madrasatain (3/62).


10. Tarikh Ath Thabari, 5/389


11. Al Irsyad, hal 241. I’lam Al Wara li Ath Thibrisi, hal 949. (doa Husein Radhiyallahu anhu ini terjawab syiah sampai saat ini berpecah belah sedemikian rupa setiap kewafatan imam mereka, mereka berpecah belah satu dan lainnya, dan diantara mereka saling kafir mengkafirkan satu dengan lainnya).





--------------------------------------------------------------------------------